Pemerintah Kabupaten Banyuwangi secara resmi memangkas jumlah event tahunan dari 100 menjadi 42 kegiatan pada 2025. Kebijakan ini diambil sebagai langkah efisiensi anggaran, dengan tetap mempertahankan kualitas dan daya tarik pariwisata daerah. Keputusan ini menandai perubahan pendekatan dalam pengelolaan pariwisata Banyuwangi yang selama ini dikenal sebagai “kota festival” di ujung timur Pulau Jawa.
Fokus pada Kualitas Daripada Kuantitas
Selama lebih dari satu dekade terakhir, Banyuwangi berhasil membangun citra sebagai destinasi yang aktif dan kreatif lewat Banyuwangi Festival, yang menyuguhkan ratusan kegiatan budaya, olahraga, hingga pariwisata. Namun, tingginya frekuensi event ternyata berdampak pada beban anggaran dan efektivitas promosi.
Dengan mengurangi jumlah event menjadi 42, pemerintah setempat ingin mengalihkan fokus dari sekadar kuantitas ke peningkatan kualitas. Setiap event akan dikemas lebih profesional, dengan konsep yang matang dan segmentasi pasar yang jelas. Ini diharapkan mampu menarik wisatawan lebih banyak dengan biaya promosi yang lebih efisien.
Memaksimalkan Dampak Ekonomi Lokal
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi menyebut bahwa meskipun jumlah event berkurang, dampak ekonomi tetap bisa ditingkatkan. Salah satu caranya adalah dengan memperkuat keterlibatan UMKM lokal, pelaku seni, dan komunitas desa wisata.
Pemerintah akan memprioritaskan event-event yang memberikan multiplier effect ekonomi, seperti festival kuliner, seni pertunjukan, serta lomba olahraga yang mengundang wisatawan luar daerah. Dengan pengelolaan yang tepat, event yang lebih sedikit justru bisa memberi manfaat lebih besar bagi masyarakat setempat.
Penyesuaian dengan Kondisi Fiskal dan Nasional
Langkah pengurangan ini juga didorong oleh arahan efisiensi dari pemerintah pusat. Belanja daerah diupayakan agar lebih tepat sasaran dan mendukung program prioritas nasional. Banyuwangi menyesuaikan dengan situasi tersebut tanpa mengorbankan identitasnya sebagai daerah tujuan wisata yang kreatif.
Selain itu, pemangkasan event ini merupakan bagian dari reformasi birokrasi dan pengelolaan anggaran yang lebih akuntabel. Pemerintah Banyuwangi ingin memastikan setiap rupiah yang dibelanjakan untuk sektor pariwisata benar-benar memberi dampak nyata dan terukur.
Event Unggulan Tetap Dipertahankan
Beberapa event andalan Banyuwangi tetap masuk dalam kalender utama, seperti Festival Gandrung Sewu, Jazz Gunung Ijen, Banyuwangi Ethno Carnival, dan International Tour de Banyuwangi Ijen. Acara-acara tersebut terbukti memiliki daya tarik besar dan mendatangkan wisatawan dari dalam maupun luar negeri.
Dengan alokasi anggaran yang lebih fokus, event-event unggulan ini akan ditingkatkan kualitas produksinya, promosi digitalnya diperluas, dan jangkauan pesertanya diperluas melalui kerja sama nasional dan internasional.
Peran Digitalisasi dan Kemitraan Swasta
Untuk menyiasati keterbatasan anggaran, Banyuwangi juga akan memperluas digitalisasi promosi event serta membuka peluang kemitraan dengan sektor swasta. Pelaku usaha, sponsor, dan platform digital diharapkan turut berkontribusi dalam pendanaan maupun publikasi kegiatan.
Langkah ini bukan hanya untuk mengurangi beban APBD, tetapi juga untuk mendorong kolaborasi lintas sektor yang lebih sehat dan inovatif dalam pembangunan pariwisata.
Kesimpulan: Kurangi Jumlah, Tingkatkan Dampak
Pengurangan jumlah event di Banyuwangi merupakan langkah strategis untuk menyeimbangkan efisiensi anggaran dan efektivitas program pariwisata. Dengan pendekatan ini, Banyuwangi berharap tetap menjadi destinasi unggulan, tanpa harus bergantung pada jumlah event yang terlalu banyak.