Thailand tengah menghadapi kekhawatiran baru setelah melaporkan kasus kematian pertama akibat antraks sejak tahun 1994. Kematian ini terjadi di Provinsi Bueng Kan, timur laut Thailand, dan menandai kemunculan kembali penyakit mematikan yang telah lama tidak tercatat di negara tersebut.
Kronologi Kasus Pertama Sejak 1994
Pusat Pengendalian Penyakit Thailand mengungkapkan bahwa korban terpapar antraks setelah mengonsumsi daging dari hewan yang diduga terinfeksi. Korban, seorang pria berusia 50-an, menunjukkan gejala berupa demam tinggi, lesi kulit, dan infeksi sistemik yang kemudian tidak tertolong meski telah mendapat perawatan intensif di rumah sakit.
Kematian ini memicu investigasi cepat oleh Kementerian Kesehatan dan otoritas veteriner Thailand untuk melacak sumber infeksi dan mencegah penyebaran lebih lanjut. Pemeriksaan dilakukan terhadap ternak di desa tempat korban tinggal, serta edukasi masyarakat terkait bahaya mengonsumsi daging dari hewan yang sakit atau mati mendadak.
Pemerintah Ambil Langkah Cepat
Merespons kasus ini, pemerintah Thailand segera memberlakukan pembatasan ketat terhadap distribusi dan konsumsi daging di daerah terdampak. Selain itu, tim medis dan kesehatan hewan dikerahkan untuk melakukan vaksinasi terhadap ternak dan pengawasan terhadap kasus serupa di daerah sekitarnya.
Upaya ini juga diiringi dengan peningkatan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya antraks dan cara mencegah penularannya. Salah satu fokus utama adalah mendorong warga agar melaporkan hewan yang menunjukkan gejala sakit mendadak dan tidak mengonsumsi daging tanpa proses pemeriksaan yang layak.
Apa Itu Antraks dan Bagaimana Penyebarannya?
Antraks adalah penyakit bakteri yang disebabkan oleh Bacillus anthracis. Bakteri ini dapat ditemukan di tanah dan biasanya menyerang hewan ternak seperti sapi dan kambing. Manusia bisa terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan atau produk hewan yang terkontaminasi, terutama daging atau kulit.
Gejala antraks pada manusia bervariasi tergantung pada jalur infeksi—bisa berupa lesi kulit, gangguan pernapasan, hingga infeksi sistemik yang mematikan. Jika tidak ditangani dengan cepat, antraks dapat berakibat fatal, terutama jika menyerang sistem pernapasan atau darah.
Waspada Meski Antraks Jarang Terjadi
Meski antraks merupakan penyakit yang jarang terjadi di era modern, kasus ini menjadi pengingat bahwa penyakit zoonosis tetap menjadi ancaman nyata, terutama di daerah pedesaan yang memiliki interaksi erat antara manusia dan hewan. Negara-negara dengan sektor peternakan aktif harus selalu waspada, menjaga kebersihan lingkungan, serta memastikan ternak mendapatkan vaksinasi rutin.
Kesimpulan
Kematian akibat antraks di Thailand menandai pentingnya kewaspadaan terhadap penyakit zoonosis yang dapat muncul kembali kapan saja. Langkah cepat pemerintah dan kesadaran masyarakat menjadi kunci utama dalam mencegah penyebaran lebih lanjut. Edukasi publik, pengawasan kesehatan hewan, serta sistem deteksi dini perlu terus diperkuat untuk mencegah tragedi serupa terulang kembali.