Korea Utara kembali menunjukkan sikap kerasnya terhadap Korea Selatan dengan melarang pemutaran lagu-lagu rekonsiliasi antar-Korea yang selama ini menjadi simbol harapan perdamaian di Semenanjung Korea. Kebijakan ini menjadi sinyal terbaru memburuknya hubungan diplomatik antara kedua negara yang secara teknis masih berperang sejak Perang Korea 1950–1953.
Lagu Perdamaian Kini Dianggap Provokatif
Salah satu lagu yang dilarang adalah “Our Wish is Unification,” yang selama puluhan tahun kerap diputar dalam berbagai acara pertemuan keluarga yang terpisah, event budaya lintas batas, hingga momen-momen rekonsiliasi. Korea Utara kini menganggap lagu tersebut sebagai bentuk provokasi dan propaganda yang merugikan ideologi mereka.
Media pemerintah Korut menyebut bahwa musik yang menyuarakan penyatuan hanya memberikan ruang bagi “gangguan ideologis dari pihak musuh.” Pernyataan tersebut memperkuat dugaan bahwa Pyongyang tidak lagi menganggap reunifikasi sebagai prioritas.
Konteks Ketegangan Semenanjung Korea
Hubungan Korea Utara dan Selatan terus memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Upaya dialog damai yang sempat berkembang pada era 2018–2019 kini nyaris berhenti total. Peningkatan uji coba senjata oleh Korea Utara, termasuk rudal balistik antarbenua, dan latihan militer bersama antara Korea Selatan dan Amerika Serikat, semakin memperkeruh suasana.
Pelucutan simbol-simbol perdamaian, termasuk penghancuran kantor penghubung di Kaesong pada 2020 lalu, menjadi langkah nyata Pyongyang untuk menghapus kenangan era dialog damai.
Reaksi Korea Selatan dan Dunia
Pemerintah Korea Selatan menyayangkan pelarangan lagu rekonsiliasi tersebut. Kementerian Unifikasi Korsel menyatakan bahwa musik merupakan jembatan emosi dan pelarangan ini merupakan langkah mundur dari perdamaian yang telah lama diupayakan.
Sementara itu, masyarakat sipil dan organisasi perdamaian internasional menyerukan agar Korea Utara membuka kembali jalur komunikasi dan mempertimbangkan kembali pendekatan keras mereka.
Masa Depan yang Tak Menentu
Pelucutan simbol-simbol perdamaian, termasuk pelarangan lagu-lagu rekonsiliasi, memperlihatkan bahwa masa depan hubungan Korea Utara dan Selatan berada dalam ketidakpastian. Banyak pengamat menilai bahwa dibutuhkan campur tangan diplomatik dari negara-negara kuat seperti Tiongkok dan Amerika Serikat untuk meredakan ketegangan.